
Cerita tidak berakhir sampai di situ. Ular tedung merupakan jenis ular yang disembah sebagai dewa di Mesir. Cukup banyak peninggalan sejarah dengan coretan menunjukkan peranan ular tedung yang penting dalam kehidupan di Mesir kuno. Hidup sebagai bangsa budak selama ratusan tahun di Mesir, bangsa Israel kuno cukup akrab dengan si ular tedung. Sekarang diperhadapkan dengan sebuah mujizat nyata, siapa melihat ke ular justru sembuh, salah tafsir tentu saja terjadi. Maksud Tuhan sih untuk menunjukkan kemahakuasaan, yang terjadi malah bangsa Israel mengira si ular tedunglah yang punya kuasa menyembuhkan. Langkah pembuatan ular tembaga malah jadi semacam blunder. Patung ular tembaga tersebut tetap disimpan sebagai patung ular bersejarah buatan Musa. Tetapi sejak itu pula patung ular tembaga tersebut diam-diam dikagumi dan disembah oleh orang Israel, sampai pake membakar korban bakaran segala untuk sang patung yang belakangan dinamai Nehustan.
Nama Nehustan konon merupakan permainan kata nachas (ular) dan nachoset (tembaga). Simbolisme ular tembaga ini mungkin yang jadi inspirasi bangsa Yunani untuk menciptakan ular dewa Aesculapius, sang dewa kesembuhan, yang dewasa ini jadi simbol kedokteran. Yang rada lucu adalah, ada kalangan kedokteran yang memakai caduceus, simbol 2 ular berhadapan pada sebuah tongkat, yang sebenarnya bukan lambang dewa kesembuhan tetapi dewa perdagangan alias Hermes. Mungkin karena dokter-dokter modern sudah pada komersil kali yee.
Patung Nehustan akhirnya dihancurkan oleh Raja Hizkia kurang lebih 500 tahun sesudah Musa, karena dipandang telah menjadi berhala untuk orang Israel. Masuk akal, kan kita sudah biasa mengasosiasikan ular dengan iblis? Tetapi ratusan tahun kemudian, penulis kitab Injil menyatakan bahwa ular tembaga yang ditinggikan di padang gurun merupakan simbol Yesus yang disalib di bukit tengkorak.
No comments:
Post a Comment